Sabtu, 13 Oktober 2012

PELUANG BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA DUNIA

            Bahasa Indonesia mampu menjadi bahasa internasional karena tidak asing lagi di telinga komunitas internasional, khususnya di negara-negara tetangga. Peluang bahasa Indonesia dinilai cukup besar apabila dibandingkan dengan berbagai bahasa di Eropa.
 
Berita yang ditelusuri Antara bulan lalu bertajuk Bahasa Indonesia Berpeluang Jadi Bahasa Kedua ASEAN, Sebagaimana dikutip dari berita tersebut, saat sekarang ada kesadaran di kalangan warga Pilipina, teristimewa di kawasan selatan negara ini, bahwa jika mereka bisa berbahasa Indonesia, maka bahasa itu akan bisa dimengerti dan digunakan di sedikitnya empat negara anggota ASEAN lainnya, yakni Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand (selatan). Selain di empat negara ASEAN itu, di Kamboja, Laos dan Vietnam sebagian warganya dari suku Champ juga bisa mengerti bahasa Melayu, yang berakar sama dengan bahasa Indonesia.

Dua kutipan berita di atas menjadi catatan penting untuk kemajuan Bahasa Indonesia ke depan. Sejarah kelahiran bahasa Indonesia selalu dikaitkan dengan lahirnya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah.

Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa, "Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti: Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata.

Namun jauh sebelum diresmikan sebagai bahasa negara dan bahasa nasional, bahasa Indonesia sebenarnya lahir dari sebuah proses transformasi budaya yang berasal dari Melayu. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.

Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya. Sejarah juga mencatat, bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran.

Momen hari Sumpah Pemuda 28 Oktober kemarin menempatkan sebuah pengharapan besar bagi munculnya kebanggaan Indonesia dengan bahasanya. Problem terbesar kita dalam tata pergaulan antarwarga selalu pada masalah penggunaan bahasa Indonesia dan rasa bangga menggunakan bahasa Indonesia dalam tata pergaulan masyarakat. Kita memang patut bangga karena di beberapa negara, mereka tidak menggunakan bahasa miliknya sendiri. Contohnya, Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan banyak lagi menggunakan bahasa Inggris. Beberapa bangsa juga lebih bangga menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa nasionalnya sendiri, contohnya India dan Hong Kong.

Kebanggaan tersebut tidak saja terletak pada konsep komunikasi, akan tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan yang menggunakan bahasa Indonesia. Kebanggaan menggunakan bahasa Indonesia dalam tata pergaulan di masyarakat seringkali dimaknai dengan cara yang keliru. Kebanggaan tersebut misalnya diwujudkan dengan seremonial perayaan bertema bahasa, ucapan para elite negara yang cenderung sloganistik dan sejumlah himbauan dengan konsep tidak jelas. Alhasil, dalam setiap tahun perayaan bulan bahasa hasilnya tidak pernah benar-benar menyentuh problem terbesar bahasa kita.

Selain itu, wibawa lembaga kebahasaan pun nyaris hanya di atas kertas. Berbagai penyimpangan penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat belum mampu disentuh oleh lembaga seperti ini karena memang etak bertaringf. Bahasa yang digunakan oleh perusahaan swasta, misalnya, cenderung menafikan kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Keharusan menggunakan bahasa asing seolah jadi kebanggaan dan lambang gengsi. Pusat perbelanjaan, toko, rumah makan, dan sejumlah tempat yang selalu dikunjungi orang kerap lebih percaya menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia.

Sementara itu, pada tata pergaulan antarmasyarakat pun, ragam bahasa gaul justeru lebih diperhitungkan. Hal tersebut karena ragam bahasa gaul memiliki media yang efektif seperti radio dan televisi untuk mampu diserap oleh masyarakat, terutama kaum muda Indonesia. Bahkan komunikasi melalui telepon selular dan dunia maya memungkinkan ragam bahasa gaul semakin dikenal.

Problem lain yang tidak kalah penting yakni maraknya penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di sekolah. Pendidikan karakter yang selalu didengung-dengungkan seharusnya memberi rasa cinta kepada milik sendiri, seperti halnya bahasa Indonesia.

Akhir-akhir ini, kita kerap dihantui ketakutan jika anak-anak Indonesia tidak mampu menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Padahal penguasaan bahasa asing itu tujuannya adalah meningkatkan daya saing sumber daya manusia di era globalisasi ini. Akan tetapi, seharusnya bahasa tersebut tidak digunakan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan resmi.

Mereka yakin bahwa dengan menguasai bahasa asing maka masa depan pun semakin cerah. Padahal, di Malaysia, sekolah-sekolah kembali mengajarkan bahasa Melayu. Di Jepang, penggunaan bahasa Jepang tetap yang utama dan Negara Matahari Terbit ini nyatanya tetap diperhitungkan di dunia internasional.

Usia bahasa Indonesia telah mencapai 83 tahun. Setiap Oktober pemerintah telah menetapkan sebagai Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Sumber : http://www.analisadaily.com

2 komentar:

Muhammad Dahlan Blog Pendidikan mengatakan...

artikel yang menarik...tolong kunjungi blog saya ya,,..tq

Unknown mengatakan...

makasih ya atas informasinya:)