Bahasa Inggris Bisnis 1 #
Karena Mimpi Melihat Neraka
Pada zaman Rasulullah SAW jika para
sahabat yang mulia bermimpi, biasanya mereka akan mengadukan dan
menceritakannya kepada Baginda Rasul. Suatu malam, seorang sahabat nabi
yang masih remaja bernama Abdullah bin Umar ra., pergi ke Masjid Nabawi.
Dia membaca Al-Quran sampai kelelahan. Setelah cukup lama membaca
Al-Quran, dia hendak tidur.
Seperti biasa, sebelum tidur dia
menyucikan diri dengan cara berwudhu, baru kemudian merebahkan badan dan
berdoa, “Bismika Allahumma ayha wa bismika amutu; ya Allah, dengan
nama-Mu aku hidup dan dengan nama-Mu aku mati.”
Demikianlah, Baginda Rasul menuntunnya
cara tidur yang baik. Sehingga, dalam tidur pun, malaikat masih
mencatatnya sebagai orang yang tidak lalai. Dengan menyucikan diri, ruh
orang yang tidur akan mendapatkan hikmah dan siraman doa para malaikat.
Sambil pelan-pelan memejamkan mata,
Abdullah bin Umar terus bertasbih menyebut nama Allah hingga akhirnya
terlelap. Di dalam tidurnya yang nyenyak, dia bermimpi.
Dalam mimpinya, dia berjumpa dengan dua
malaikat. Tanpa berkata apa apa, dua malaikat itu memegang kedua
tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam mimpinya, neraka itu bagai
sumur yang menyalakan api berkobar kobar. Luar biasa panasnya. Di dalam
neraka itu, dia melihat orang-orang yang telah dikenalnya. Mereka
terpanggang dan menanggung siksa yang tiada tara pedihnya.
Menyaksikan neraka yang mengerikan dan
menakutkan itu, Abdullah bin Umar seketika berdoa, “A’udzubillahi
minannaar. Aku berlindung kepada Allah dari api neraka.”
Setelah itu, Abdullah bertemu dengan malaikat lain. Malaikat itu berkata, “Kau belum terjaga dari api neraka!”
Pagi harinya, Abdullah bin Umar menangis
mengingat mimpi yang dialaminya. Lalu, dia pergi ke rumah Hafshah binti
Umar, istri Rasulullah SAW. Dia menceritakan perihal mimpinya itu
dengan hati yang cemas.
Setelah itu, Hafsah menemui Baginda Nabi
dan menceritakan mimpi saudara kandungnya itu pada beliau. Seketika
itu, beliau bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar kalau
dia mau melakukan shalat malam!”
Mendengar sabda Nabi itu, Hafshah bergembira. Dia langsung menemui adiknya, Abdullah bin Umar dan berkata,
“Nabi mengatakan bahwa kau adalah
sebaik-baik lelaki jika kau mau shalat malam. Dalam mimpimu itu,
malaikat yang terakhir kau temui mengatakan bahwa kau belum terjaga dari
api neraka. Itu karena kau tidak melakukan shalat tahajud. Jika kau
ingin terselamatkan dari api neraka, dirikanlah salat tahajud setiap
malam. Jangan kau sia-siakan waktu sepertiga malam; waktu di mana Allah
SWT memanggil-manggil hamba-Nya; waktu ketika Allah mendengar doa
hamba-Nya.”
Sejak itu, Abdullah bin Umar tidak
pernah meninggalkan shalat tahajud sampai akhir hayatnya. Bahkan, kerap
kali dia menghabiskan waktu malamnya untuk shalat dan menangis di
hadapan Allah SWT. Setiap kali mengingat mimpinya itu, dia menangis. Dia
berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka.
Apalagi jika dia juga ingat sabda
baginda Nabi SAW, “Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan
siksanya pada hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan pada kedua
tepak kakinya bara api yang membuat otaknya mendidih. Dia merasa tidak
ada orang lain yang lebih berat siksanya daripada dia. Padahal,
sesungguhnya siksa yang ia terima adalah yang paling ringan di dalam
neraka.“
Dia berusaha sekuat tenaga untuk
beribadah kepada Allah, mencari ridha Allah, agar termasuk hamba
hamba-Nya yang terhindar dari siksa neraka dan memperoleh kemenangan
surga.
Akhirnya, dia bisa merasakan betapa
nikmatnya shalat tahajud. Betapa agung keutamaan shalat tahajud. Tidak
ada yang lebih indah dari saat-saat ia sujud dan menangis kepada Allah
pada malam hari.