Jumat, 31 Mei 2013

BULAN RAMADHAN

B.INDONESIA 2#

KISAH RASULULLAH PADA 10 MALAM TERAKHIR BULAN RAMADHAN




Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW sedang duduk i’tikaf semalam suntuk pada hari-hari terakhir Bulan Suci Ramadhan. Para sahabat pun tidak sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Nabi SAW ini. Beliau berdiri shalat mereka juga shalat, beliau menegadahkan tangannya untuk berdo’a dan para sahabatpun juga serempak mengamininya. Saat itu langit mendung tidak berbintang. Angin pun meniup tubuh-tubuh yang memenuhi masjid. Dalam riwayat tersebut malam itu adalah malam ke-27 dari Bulan Ramadhan.

Disaat Rasulullah SAW dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan. Salah seorang sahabat ada yang ingin membatalkan shalatnya, ia bermaksud ingin berteduh dan lari dari shaf, namun niat itu digagalkan karena dia melihat Rasulullah SAW dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusuk tidak bergerak. Air hujan pun semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berada di dalam masjid tersebut, akan tetapi Rasulullah SAW dan para sahabat tetap sujud dan tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya.

Beliau basah kuyup dalam sujud. Namun sama sekali tidak bergerak. seolah-olah beliau sedang asyik masuk kedalam suatu alam yang melupakan segala-galanya. Beliau sedang masuk kedalam suatu alam keindahan. Beliau sedang diliputi oleh cahaya Ilahi. Beliau takut keindahan yang beliau saksikan ini akan hilang jika beliau bergerak dari sujudnya. Beliau takut cahaya itu akan hilang jika beliau mengangkat kapalanya. Beliau terpaku lama sekali di dalam sujudnya. Beberapa sahabat ada yang tidak kuat menggigil kedinginan. Ketika Rasulullah SAW mengangat kepala dan mengakhiri shalatnya, hujan pun berhenti seketika.

Anas bin Malik, sahabat Rasulullah SAW bangun dari tempat duduknya dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW. Namun beliau pun mencegahnya dan berkata “Wahai anas bin Malik, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya. ” Anas pun duduk kembali dan mendengarkan dengan seksama cerita Rasulullah SAW mengapa beliau begitu lama bersujud. Masya Allah….ternyata ketika tadi Rasulullah SAW, dan disaat hujan mulai turun, disaat itu pula
malaikat dibawah pimpinan jibril
turun dalam keindahan dan bentuk aslinya. Mereka berbaris rapi dengan suara gemuruh tasbih
dan tahmid mereka bergema dilangit dan dibumi serta alam semesta saat itu dipenuhi dengan cahaya ilahi. Inilah yang membuat Rasulullah SAW terpaku menyaksikan keindahan dan cahaya yang sama sekali tidak pernah dilihat oleh mata. Gema tasbih dan tahmid malaikat yang tak pernah didengar oleh telinga dan suasana
yang tidak pernah bisa dibayangkan oleh pikiran manusia.

Itulah lailatul qadar. Tahukah kalian, apakah Lailatul Qadar ?

Lailatul qadar yang sesaat itu lebih baik dari pada seribu bulan. Di malam itu, para malaikat dibawah pimpinan Jibril turun atas izin Allah SWT, mereka menebarkan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan dan
mengatur segala urusan, mereka menyampaikan salam sampai terbitnya fajar keseluruh semesta alam. Sekarang Kita sudah hampir mencapai puncak terakhir dari Bulan Ramadhan, dan dipuncaknya kita mendapatkan pembebasan dari api neraka. Pada malam-malam terakhir, para malaikat turun dari langit untuk menaburkan kasih sayang Allah SWT kepada para hambanya dan menyampaikan salam kepada kaum beriman hingga terbitnya fajar, itulah yang dinamakan lailatul qadar, malam yang lebih afdhal daripada seribu malam.

Lailatul Qadar adalah malam kebesaran Allah SWT, malam keagungan-Nya, malam pengampunan-Nya, malam yang dimiliki-Nya untuk memberi maaf
kepada para pembuat dosa dan menebarkan kasih sayang kepada para hamba-Nya. Dilangit ada kerajaan sangat besar yang mengatur dan mencatat segala amal manusia dimuka bumi ini. Ketika para malaikat melihat kitab catatan
amal manusia, mereka iri dengan amal yang hanya khusus dilakukan penduduk bumi dimalam-malam lailatul qadar. Malaikat pun tidak ada yang dapat menirunya. Salah satu di antaranya adalah rintihan taubat para pembuat dosa yang kemudian diampuni segala dosa- dosanya.

Allah SWT berfirman dalam sebuah hadist qudsi: “Aku lebih suka mendengarkan rintihan para pembuat dosa ketimbang gemuruh suara tasbih. Karena gemuruh suara tasbih hanya menyentuh kebesaranKu, sedangkan rintihan para pembuat dosa menyentuh kasih sayangKu.”

Shalawat dan salam selalu tercurahkan atas junjunganMu Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Amin….

BULAN SYA'BAN

B.INDONESIA 2#

KISAH TELADAN DIBULAN SYA'BAN




“Barang siapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertakwa kepada Allah dan taat kepada-Nya, serta menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah SWT mengampuni dosanya dan menyelamatkannya pada tahun itu dari segala macam bencana, dan dari bermacam-macam penyakit.”
Sahabat sebuah hadist tentang bulan Sya’ban memulai catatan kisah hari ini, tepat pada tanggal dua dibulan sya’ban. Dan Ramadhan kini tinggal sekitar 29 hari lagi. Begitu istimewanya bulan menjelang ramadhan ini, namun tak sedikit yang lalai dalam bulan ini, banyak kisah menarik tentang bulan sya’ban sahabat, diceritakan dari Muhammad bin Abdullah az Zahidiy bahwa dia berkata: Kawan saya Abu Hafshin al Kabir telah meninggal dunia, maka saya menyalatinya. Dan saya tidak mengunjungi kuburnya lagi selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud menengok kuburnya.
Ketika saya tidur di malam hari, saya bermimpi melihatnya, mukanya berubah menjadi pucat. Saya bersalam kepadanya dan dia tidak membalasnya. Kemudian saya bertanya kepadanya: “Subhanallah, mengapa engkau tidak menjawab salam saya?”
Membalas salam adalah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah,” jawabnya. “Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dulu berwajah bagus?” tanya saya.
Dia menjawab: “Ketika saya dibaringkan di dalam kubur, telah datang satu malaikat dan duduk di sebelah kepala saya seraya berkata: “Hai si tua yang jahat!,” lalu dia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat, bahkan dia memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar. Kubur pun berkata kepada saya: “Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku?”, lalu kubur pun menghimpit saya dengan himpitan yang kuat sekali sehingga tulang rusuk saya menjadi bertebaran dan sendi-sendinya menjadi terpisah-pisah, siksaan itu berlangsung sampai malam pertama bulan Sya’ban. Waktu itu ada suara mengundang dari atas saya: “Hai malaikat, angkatlah batang kayumu, dan siksamu dari padanya, karena sesungguhnya dia pernah menghidup-hidupkan satu malam dari bulan Sya’ban selama hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari di bulan Sya’ban.”
Maka Allah SWT menghapuskan siksa dari padaku karena aku memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat dan juga dengan puasa satu hari di bulan Sya’ban. Kemudian Allah memberi kegembiraan kepadaku dengan surga dan kasih sayang-Nya.
Menurut Imam Ibnu Mandzur dalam Lisanul Arob, makna kata Sya’ban adalah dari lafadz ‘Sya’aba’ atau berarti ‘dhoharo’ (tampak) diantara dua bulan mulia, yaitu Rajab dan Ramadhan.
Sedangkan Menurut As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al Malikiy dalam kitab beliau ‘Madza fi Sya’ban’, dalam bulan Sya’ban ini ada kejadian-kejadian besar yang berkaitan erat dengan perjalanan hidup umat. Kejadian-kejadian tersebut diantaranya: Allah berkenan untuk merubah arah kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsho ke arah Masjidil Haram, yang sebelumnya tatkala umat Islam berada di Kota Madinah, jika melakukan shalat kiblatnya mengarah ke arah Baitul Maqdis.
Apa yang mereka lakukan ini menjadi bahan cemoan orang-orang Yahudi di Kota Madinah. Mereka mengatakan, katanya Muhammad membawa risalah dan agama baru yang lengkap. Tapi ternyata kiblat mereka masih menggunakan kiblatnya orang Yahudi, yaitu Baitul Maqdis.
Ucapan tersebut, bagi sebagian umat Islam yang baru masuk Islam dan sangat tipis imannya, sudah lebih dari cukup untuk memurtadkan mereka kembali. Sehingga kondisi ini menjadi pemikiran yang sangat mendalam bagi Nabi SAW. Karena itu, Nabi selalu berdoa dan sering melihat keatas berharap ada firman Allah, yang memberi solusi masalah ini. Kemudian tepatnya pada 15 Sya’ban, Allah berkenan memindah kiblat umat Islam menuju Masjidil Harom.
Pada bulan Sya’ban, segala amal manusia dalam jangka waktu satu tahun dilaporkan kehadirat Allah SWT. Sebagaimana hadits yang disampaikan sahabat Usamah bib Zaid ra. ; “Saya pernah berkata: Ya Rasulullah! Saya tidak melihat Anda berpuasa penuh pada bulan lain, seperti puasa Anda di bulan Sya’ban ini? Beliau menjawab: Pada bulan ini adalah sebuah bulan yang banyak dilalaikan oleh umat manusia, dan dia berada diantara Rajab dan Ramadhan yang pada bulan tersebut seluruh amal manusia dilaporkan ke hadirat Allah, maka aku senang tatkala amal ibadahku dilaporkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. An-Nasaiy).
Pada bulan ini, khususnya pada malam nisfu Sya’ban, Allah berkenan untuk menentukan umur manusia. Seperti dalam hadits Aisyah ra, yang pernah bertanya kepada Nabi SAW : Wahai Rasulullah, apakah bulan yang Anda paling sukai untuk melakukan puasa adalah bulan Sya’ban? Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah pada bulan ini menetapkan setiap jiwa manusia yang akan mati pada satu tahun ke depan, maka aku senang tatkala ajalku tiba aku sedang dalam keadaan puasa.”
Karenanya, para ulama salaf menganjurkan pada malam nisfu Sya’ban setelah maghrib mengadakan acara khusus dengan membaca surah Yasin tiga kali, dengan niatan, semoga dipanjangkan umur dalam ibadah kepada Allah. Kedua, dengan niatan semoga dijauhkan dari segala balak dan musibah. Ketiga, kita berdoa agar selalu diberi kecukupan dunia oleh Allah SWT. Selain itu, dianjurkan untuk memperbanyak bacaan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, memperbanyak puasa sunnah, dan memperbanyak melakukan shalat malam, dengan iringan doa dan istighfar.

BULAN SYA'BAN

B.INDONESIA 2#


FADHILAH DIBULAN SYA'BAN





Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh, ada beberapa fadhilah yang terkandung dalam bulan sya'ban.
Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata,
“Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)
Tuanku Kanjeng Syaikh‘Abdul Qadir al-Jailaniy berkata,
“Malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling mulia setelah Lailatul Qodr.” (Kalaam Habiib ‘Alwiy bin Syahaab)
Konon Sayidina Ali bin Abi Tholib Karromalloohu Wajhah meluangkan waktunya untuk ibadah pada 4 malam dalam setahun, yakni: malam pertama bulan Rojab, malam 2 hari raya, dan malam Nishfu Sya’ban. (Manhajus Sawiy dan Tadzkiirun Nas)
Al-Imam As- Subkiy.rhm berkata, bahwa malam Nishfu Sya’ban menghapus dosa setahun, malam Jum’at menghapus dosa seminggu, dan Lailatul Qodr menghapus dosa seumur hidup.
Diriwayatkan kapadaku bahwa Sahabat Nabi Usamah bin Zaid.ra berkata kepada Nabi SAW, “Ya Rasulullah, aku belum pernah melihat engkau berpuasa di bulan lain lebih banyak dari puasamu di bulan Sya’ban.” Kata Nabi,
“Bulan itu sering dilupakan orang, karena diapit oleh bulan Rajab dan Ramadhan, padahal pada bulan itu, diangkat amalan-amalan (dan dilaporkan) kepada Tuhan Rabbil Alamin. Karenanya, aku ingin agar sewaktu amalanku dibawa naik, aku sedang berpuasa.” (HR Ahmad dan Nasai – Sunah Abu Dawud).
Adapun keutamaan bulan Sya’ban lainnya akan lebih jelas lagi dalam hadis-hadis berikut:
Hadis Pertama
Aisyah RA bercerita bahwa pada suatu malam dia kehilangan Rasulullah SAW, ia keluar mencari dan akhirnya menemukan beliau di pekuburan Baqi’, sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata,
“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa) yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Hadis Kedua
Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)
Hadis Ketiga
Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Jika malam Nishfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, ‘Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, adakah yang begini (2x), demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).
Demikianlah fadhilah malam Nishfu Sya’ban, marilah kita manfaatkan malam yang mulia ini untuk mendekatkan diri dan memohon sebanyak- banyaknya kepada Allah.

BULAN SYA'BAN

BAHASA INDONESIA 2#

AMALAN DI BULAN SYA'BAN




Bulan Sya’ban adalah bulan latihan, pembinaan dan persiapan diri agar menjadi orang yang sukses beramal shalih di bulan Ramadhan. Untuk mengisi bulan Sya’ban dan sekaligus sebagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, ada beberapa hal yang selayaknya dikerjakan oleh setiap muslim.
a. Persiapan iman, meliputi:
  • Segera bertaubat dari semua dosa dengan menyesali dosa-dosa yang telah lalu, meninggalkan perbuatan dosa tersebut saat ini juga, dan bertekad bulat untuk tidak akan mengulanginya kembali pada masa yang akan datang.
  • Memperbanyak doa agar diberi umur panjang sehingga bisa menjumpai bulan Ramadhan.
  • Memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban agar terbiasa secara jasmani dan rohani. Ada beberapa cara puasa sunah yang dianjurkan di bulan Sya’ban, yaitu: Puasa Senin-Kamis setiap pekan ditambah puasa ayyamul bidh (tanggal 13,14  dan 15 Sya’ban), atau puasa Daud, atau puasa lebih bayak dari itu dari tanggal 1-28 Sya’ban.
  • Mengakrabkan diri dengan Al-Qur’an dengan cara membaca lebih dari satu juz per hari, ditambah membaca buku-buku tafsir dan melakukan tadabbur Al-Qur’an.
  • Meresapi kelezatan shalat malam dengan melakukan minimal dua rakaat tahajud dan satu rekaat witir di akhir malam.
  • Meresapi kelezatan dzikir dengan menjaga dzikir setelah shalat, dzikir pagi dan petang, dan dzikir-dzikir rutin lainnya.
b. Persiapan Ilmu, meliputi:
  • Mempelajari hukum-hukum fiqih puasa Ramadhan secara lengkap, minimal dengan membaca  bab puasa dalam (terjemahan) kitab Minhajul Muslim (syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi) atau Fiqih Sunnah (syaikh Sayid Sabiq) atau Shahih Fiqih Sunnah (Syaikh Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim) atau pedoman puasa (Tengku Moh. Hasbi Ash-Shidiqi) atau buku lainnya.
  • Mempelajari rahasia-rahasia, hikmah-hikmah, dan amalan-amalan yang dianjurkan atau harus dilaksanakan di bulan Ramadhan, dengan membaca buku-buku yang membahas hal itu. Misal (terjemahan) Mukhtashar Minhjaul Qashidin (Ibnu Qudamah Al-Maqdisi) atau Mau’izhatul Mu’minin (Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi) atau buku-buku dan artikel-artikel para ulama lainnya.
  • Mempelajari tafsir ayat-ayat hukum yang berkenaan dengan puasa, misalnya dengan membaca (terjemahan) Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (Ibnu Katsir), atau Tafsir Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an (Al-Qurthubi), atau Tafsir Adhwa-ul Bayan (Asy-Syinqithi).
  • Mempelajari buku-buku akhlak yang membantu menyiapkan jiwa untuk menyambut bulan Ramadhan.
  • Mendengar ceramah-ceramah para ustadz/ulama yang membahas persiapan menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan.
  • Mengulang-ulang hafalan Al-Qur’an sebagai persiapan bacaan dalam shalat Tarawih, baik bagi calon imam maupun orang yang shalat tarawih sendirian di akhir malam (tidak berjama’ah ba’da Isya’ di masjid).
  • Mendengarkan bacaan murattal shalat tarawih para imam masjid yang terkenal keahliannya di bidang tajwid, hafalan, dan kelancaran bacaan.
c. Persiapan dakwah, meliputi:
  • Menyiapkan materi-materi untuk kultum, taushiyah, ceramah, khutbah Jum’at dan dakwah bil lisan lainnya.
  • Membuat serlebaran, brosur, pamflet, majalah dinding, buletin dakwah dan lembar-lembar dakwah yang mengingatkan kaum muslimin tentang tata cara menyambut Ramadhan.
  • Mengikuti kultum, ceramah-ceramah, dan pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar kita (lingkungan masjid, tempat kerja, tempat belajar-mengajar) baik sebagai pemateri atau peserta sebagai bentuk persiapan dan pembiasaan diri untuk mengikuti kegiatan serupa di bulan Ramadhan.
  • Mengadakan pesantren kilat, kursus keislaman, islamic study dan acara-cara sejenis.
d. Persiapan Keluarga, meliputi:
  • Menyiapkan anak-anak dan istri untuk menyambut kedatangan Ramadhan dengan mengenalkan kepada mereka persiapan-persiapan yang telah disebutkan di atas.
  • Membiasakan mereka untuk menjaga shalat lima waktu, shalat sunnah Rawatib, shalat dhuha, shalat malam (tahajud dan witir), dan membaca Al-Qur’an.
  • Memberikan taushiyah /kultum harian jika memungkinkan.
  • Meminimalkan hal-hal yang melalaikan mereka dari amal shalih di bulan Sya’ban dan Ramadhan, seperti musik-musik dan lagu-lagu jahiliyah, menonton TV, dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak membawa manfaat di akhirat.
  • Menyisihkan sebagian pendapatan untuk sedekah di bulan ini dan bulan Ramadhan.
e. Persiapan Mental
  • Menyiapkan tekad yang kuat dan sungguh-sungguh untuk:
  • Membuka lembaran hidup baru dengan Allah SWT, sebuah lembaran putih yang penuh dengan amal ketaatan dan berisi sedikit amal-amal keburukan
  • Membuat hari-hari kita di bulan Ramadhan tidak seperti hari-hari kebiasaan kita di bulan lain yang penuh dengan kelalaian dan kemaksiatan
  • Meramaikan masjid dengan melakukan shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid terdekat dan menghidupkan sunah-sunah ibadah yang telah lama kita tinggalkan, seperti: bertahan di masjid ba’da Subuh sampai terbitnya matahari untuk dzikir, tilawah Al-Qur’an, atau belajar-mengajar; hadir di masjid sebelum adzan dikumandangkan; bersegera ke masjid untuk mendapatkan shaf awal; menunggu kedatangan imam dengan shalat sunnah dan niat I’tikaf; dst.
  • Membersihkan puasa dari hal-hal yang merusak pahalanya, seperti bertengkar, sendau gurau dan perbuatan-perbuatan iseng yang sekedar untuk mengisi waktu tanpa membawa manfaat akhirat sedikit pun (main catur, main kartu, nongkrong bareng sambil menyanyi dan main gitar; dst)  
  • Menjaga dan membiasakan sikap lapang dada dan pemaaf
  • Beramal shalih di bulan Ramadhan dan memulai banyak niat sedari sekarang. Seperti; niat bertaubat, niat membuka lembaran hidup baru dengan Allah, niat memperbaiki akhlak, niat berpuasa ikhlas karena Allah semata, niat mengkhatamkan Al-Qur’an lebih dari sekali, niat shalat tarawih dan witir, niat memperbanyak amalan sunah, niat mencari ilmu, niat dakwah, niat membantu menolong dan menyantuni sesama muslim yang membutuhkan, niat memperjuangkan agama Allah, niat umrah, niat jihad dengan harta, niat I’tikaf; dst)
f. Persiapan Jihad melawan hawa nafsu
  • Mengekang hawa nafsu dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan keinginan hidup mewah, boros, kikir, dan menikmati makanan-minuman yang lezat atau pakaian yang baru di bulan Ramadhan
  • Membiasakan lisan untuk mengatakan perkataan-perkataan yang baik dan bermanfaat; mencegahnya dari mengucapkan perkataan-perkataan keji, jorok, menggunjing, mengadu domba, dan perkataan-perkataan yang tidak membawa manfaat di akhirat
  • Mencegah hawa nafsu dari keinginan untuk melampiaskan kemarahan, kesombongan, penyimpangan, kemaksiatan dan kezaliman
  • Membiasakan diri untuk hidup sederhana, ulet, sabar, dan sanggup memikul beban-beban dakwah dan jihad di jalan Allah
  • Melakukan muhasabah (introspeksi) harian dengan membandingkan antara program-program persiapan di atas dan tingkat keberhasilan pelaksanaannya.
Inilah sekelumit amalan sunnah di bulan Sya’ban dan persiapan yang selayaknya dilakukan oleh kaum muslimin dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Semoga kita termasuk golongan yang bisa berniat, berucap, dan berbuat yang terbaik di bulan Sya’ban dan Ramadhan yang akan datang. Hanya kepada Allah SWT kita memohon petunjuk dan pertolongan.

BULAN SYA'BAN

BAHASA INDONESIA 2#

PENGERTIA BULAN SYA'BAN




Bulan Sya’ban adalah bulan yang ke-8 dalam sistem kalender Islam. Bulan Sya’ban berada di antara bulan hijriyah Rajab dan Ramadhan. Nama bulan ini berakar dari kata bahasa arab tasya’aba yang berarti berpencar. Pada masa itu, kaum arab biasa pergi memencar, keluar mencari air. Bulan Sya’ban juga berasal dari kata sya’aba yang berarti merekah atau muncul dari kedalaman karena ia berada di antara dua bulan yang mulia juga.
Rasulullah menyebut bulan Sya’ban ini sebagai bulan yang sering dilupakan manusia. Ia dilupakan karena berada di antara dua bulan yang menyedot perhatian: bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan Rajab diperhatikan karena ia merupakan salah satu dari bulan Haram, sementara Ramadhan karena adanya kewajiban puasa sebulan penuh di dalamnya.

Jumat, 17 Mei 2013

BULAN RAJAB


TUGAS B.INDONESIA 2#


KISAH TELADAN DIBULAN RAJAB

ketika di zaman Nabi S.A.W, terdapat seorang perompak jalanan yang terkenal. Setiap tengah malam, dia akan menangkap dan merompak siapa saja yang ditemuinya berjalan sendiri. Kadang-kala, dia akan memukul dan membunuh orang yang dirompaknya. Setelah merompak, dia terus pulang ke rumah. Tidak ada seorang pun yang mampu menangkap lelaki tersebut. 
Disebabkan kekejamannya, Nabi S.A.W telah berkata dengan perasaan marah tentang lelaki tersebut: “orang itu jahat, jika dia meninggal, aku tidak akan menyembahyangkan dan mengkebumikannya di tanah perkuburan orang Muslim”. Setelah beberapa tahun kemudian, lelaki tersebut meningggal dunia. Dia mempunyai seorang anak perempuan.
 
Malangnya, anak perempuan itu tidak mau menemui seorang pun yang mau membantunya untuk mengurus jenazah ayahnya. Disebabkan Nabi S.A.W pernah mencela perbuatan ayahnya- tidak akan menyembahyangkan dan mengkebumikannya di tanah perkuburan orang Muslim, orang-orang nakal telah membawa jenazah tersebut melalui jalan Madina dan membuangnya ke dalam sebuah tempat kotor .
 
Setelah jenazah itu dibuang, Allah berfirman kepada Nabi Muhammad S.A.W dan berkata, “Ya Habibi ya Muhammad! Wahai kekasih Ku Nabi S.A.W, hari ini seorang dari wali Ku telah meninggal dunia. Kamu harus pergi dan memandikannya, mengkafankannya, menyembahyangkanya serta mengkebumikannya.” Nabi S.A.W terkejut, sepanjang hidupnya baginda telah mencela lelaki tersebut.
 
Sekarang apabila lelaki tersebut meninggal dunia, Allah memberitahukan baginda bahwa lelaki tersebut sebenarnya adalah wali-Nya. Bagaimana dia bisa menjadi wali? Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat mencampuri urusan pengetahuan Allah, walaupun Nabi S.A.W. Jika Allah mau menjadikan seorang perompak sebagai wali-Nya, tidak boleh sama sekali kita bertanya “KENAPA?” Kita mesti menerimanya.
 
Oleh sebab itu, mengikuti ajaran Sufi dan ajaran di dalam tarekat , kita mesti memandang orang disekeliling lebih baik daripada kita. Kita tidak tau jika Allah akan menaikkan makam seseorang kepada makam yang lebih tinggi daripada makam kita; Siapa tahu? Tidak akan ada seorang pun yang akan tau, oleh yang demikian janganlah kita mencampuri urusan-Nya.
 
Jangan memandang rendah kepada orang laen. jika kita merasa kita lebih baik daripada mereka. Kita tidak tahu ada orang tersebut, pada pandangan Allah adalah wali ataupun tidak. Siapa yang tahu? yang demikian, kita perlu memandang tinggi kepada orang lain, menghormati mereka dan sentiasa merendahkan diri sendiri. Jangan sama sekali menunjukkan ego dan senantiasa berpuas hati. Allah berkata kepada Nabi S.A.W, “Ya Rasulullah, pergi cari dia dan bersihkan dia.” Dengan serta merta, Nabi S.A.W memanggil Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq dan berkata, “Wahai Abu Bakar, kita perlu pergi dan mencari ‘lelaki’ tersebut. Abu Bakar berkata, “Ya Rasulullah, baginda pernah berkata bahwa baginda tidak akan mengkuburkan lelaki tersebut di tanah pemakaman orang Islam, dia bukan seorang muslim!” Nabi S.A.W berkata, “Tidak, tinggalkan persoalan Muslim. Allah memberitahuku tentang lelaki tersebut adalah seorang wali!” Apa yang telah dilakukan oleh perompak tersebut sepanjang hidupnya sehingga dia menjadi seorang wali? Sepanjang hidupnya, dia telah membunuh, merompak dan mencuri.
 
Nabi S.A.W pergi ke tempat tersebut, mengambil mayat lelaki tersebut dengan tangan baginda sendiri, dan membawanya pulang ke rumahnya dengan sahabat-sahabatnya. Kemudian, baginda membersihkannya, memandikannya, mengkafankannya, menyembahyangkannya dan seterusnya membawa jenazah lelaki tersebut ke masjid Nabi S.A.W. ke Jannat ul-Baqi. Jarak perjalanan dari masjid ke Jannat ul-Baqi berjarak 15 menit jika berjalan kaki.
 
Namun begitu, Nabi S.A.W menempuh jalan tersebut lebih dari dua jam untuk sampai dari tempat yang pertama ke tempat yang kedua. Semua sahabat-sahabat baginda merasa heran melihat cara rasulullah S.A.W. berjalan. Dengan tangan baginda sendiri baginda telah membersihkan lelaki tersebut, memandikannya dan menyembahyangkannya.
 
Semasa baginda membawa jenazah tersebut ke tanah kuburan, baginda berjalan menggunakan jari kakinya (secara mengjinjat). Lantas sahabat-sahabat baginda bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau berjalan demikian?” Baginda menjawab, “Allah telah memerintahkan semua wali yang ada di timur dan barat, dan semua malaikat yang berada di tujuh surga dan semua para wali hadir dan mengiringi jenazah ini. Mereka semua terlalu banyak dan memenuhi jalan, dan aku tidak mempunyai tempat untuk berjalan. Sepanjang hidupku, aku tidak pernah terkejut seperti hari ini.”
 
Sesudah mengkebumikan lelaki tersebut, Nabi S.A.W tidak berkata dengan siapapun. sebaliknya baginda terus pulang ke rumah dengan badan yang bergetar-getar. Baginda duduk dengan Sayydina Abu Bakar dan bertanya kepada baginda tentang apa yang telah dilakukan oleh wali tersebut; menjadi perompak sepanjang hidupnya tetapi mendapat tempat yang cukup tinggi di sisi Allah.
 
Sayyidina Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, aku berasa malu untuk bertanyakan tentang apa yang telah aku saksikan hari ini, ia sesuatu yang mengherankan.” Kemudian, Nabi S.A.W. menjawab,” Wahai Abu Bakar, aku lebih terkejut daripada kamu, dan aku sedang menunggu kehadiran Jibril dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi” Jibril datang, Nabi S.A.W berkata,” Wahai Jibril, apakah yang terjadi sebenarnya?” Jibril menjawab,” Wahai Nabi S.A.W., janganlah engkau bertanya kepadaku. Aku juga heran seperti baginda. Oleh sebab itu, jangan merasa heran karena itu adalah kehendak Allah .manusia tidak dapat melakukan itu semua dan Dia memberitahu baginda untuk bertanya pada anak laki-laki tersebut tentang apa yang telah terjadi semasa hidupnyanya.”
 
Dengan segera baginda pergi tidak ditemani oleh Sayydina Abu Bakar, Nabi S.A.W. dengan sendirinya pergi ke rumah perompak tersebut. Nabi S.A.W. dengan rendah diri baginda merendahkan diri sebagai manusia paling sempurna yang dicintai Allah pergi ke rumah perompak tersebut untuk bertanyakan apa yang telah dilakukan oleh ayahnya semasa hidupnya: “Wahai anakku, ceritakan kepadaku bagaimana kehidupan ayahmu.” Anak perempuan lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah, aku begitu malu dengan apa yang akan aku ceritakan kepada kamu. Ayahku seorang pembunuh, seorang pembunuh. Aku tidak pernah melihat dia melakukan melakukan kebaikan. Dia merompak dan mencuri siang dan malam kecuali satu bulan. AKAN TETAPI Apabila bulan tersebut tiba, dia akan berkata: “Bulan ini adalah bulan tuhanku, kerana ayahku pernah mendengar engkau berkata, Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulan Nabi S.A.W. dan Ramadan adalah bulan umat Muhammad.” Kemudian ayahku berkata lagi, “aku tidak tau dengan bulan Nabi S.A.W. atau bulan umat Muhammad, kecuali bulan tuhanku. Oleh sebab itu aku akan duduk di dalam bilikku bersendiriaan, dan bersuluk sepanjang bulan ini.
 
Nabi S.A.W bertanya kepada anak perempuan itu lagi, “Apakah jenis suluk yang dia lakukan?” Dia menjawab,” Wahai Rasulullah, satu hari ketika ayahku sedang berjalan untuk mencari seseorang yang akan dirompaknya, dia bertemu dengan seorang lelaki tua yang berumur 70-80 tahun. Lantas ayahku memukulnya hingga pingsan, dan kemudiannya merompaknya. Dia menemukan sehelai kertas kecil yang tergulung pada orang tua tersebut. Kemudian, dia membukanya dan mendapati di dalamnya ada satu doa. Ayahku amat gembira dengan doa tersebut.
 
Setiap tahun, apabila datang bulan Rajab-bulan Allah , ayahku akan duduk bersendirian dan membaca doa tersebut siang dan malam, menangis dan membaca, kecuali keluar untuk makan dan membersihkan diri. Apabila bulan Rajab berakhir, dia akan bangun dan berkata, bulan Allah telah tamat, sekarang untuk menyenangkanku aku akan kembali merompak dan mencuri untuk 11 bulan yang akan datang.
 
Doa (Doa awliya’ Abbas) yang digunakan oleh lelaki tersebut adalah sangat penting dan kita dinasehatkan untuk membacanya 3 kali sehari ketika bulan Rajab. guru saya berkata doa ini mencuci semua dosa dan menjadikan kamu putih seperti bayi yang baru dilahirkan. Doa ini amat terkenal di dalam ajaran sufi. Apabila Nabi S.A.W meminta anak perempuan lelaki tersebut memberikan doa tersebut kepadanya, baginda terus mencium kertas doa tersebut dan menyapunya pada badan baginda. Jangan tinggalkan doa dan amalkannya ketika bulan ini datang, teruskan membacanya, dan Allah akan memberi kepada kita, Insyallah. tergantung kepada niat masing-masing.
 
Allah telah berkata kepada Nabi S.A.W., “Wahai Nabi yang Kucintai, orang itu telah datang dan memohon ampunan kepadaKu di dalam bulan yang sangat berharga. Oleh karena itu, dia berkorban satu bulan penuh dalam setahun untukKu, Aku ampuni semua kesalahannya, dan aku ganti semua dosanya dengan pahala . Kerana dia mempunyai terlalu banyak dosa, sekarang dia mempunyai banyak ganjaran, dan dia kini menjadi wali besar.” Kerana satu doa, Allah jadikan seseorang yang tidak pernah beribadat sepanjang hidupnya menjadi wali.

BULAN RAJAB


TUGAS B. INDONESIA 2#

14 FADHILAH DIBULAN RAJAB


Bulan Rajab adalah salah satu bulan mulia, yang telah Allah Ta’ala sebutkan sebagai asyhurul hurum (bulan-bulan haram). Maksudnya, saat itu manusia dilarang (diharamkan) untuk berperang, kecuali dalam keadaan membela diri dan terdesak

Di balik keagungan bulan Rajab, ada 14 fadilah bulan Rajab sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Durarun Nasihin. Fadilah tersebut adalah pembersihan dosa, pengabulan doa dan banyak karunia lainnya.

14 fadilah bulan rajab tersebut adalah sebagai berikut:

1. Orang yang menyambut kehadiran malam pertama Rajab, bersih dari dosa
2. Orang yang shalat sunat sesudah Maghrib di malam Rajab dihindarkan dari malapetaka dunia akhirat
3. Orang yang puasa di bulan Rajab dianugrahi berbagai karunia pengampunan, pengabulan permohonan, perlindungan dari penyakit dan malapetaka
4. Disediakan bengawan untuk orang yang bershalawat di bulan Rajab
5. Malaikat memohonkan keselamatan bagi umat Muhammad setiap malam Jumat Rajab
6. Setiap melewati sepertiga malam Jumat Rajab, malaikat memohon keampunan bagi orang yang berpuasa Rajab
7. Orang yang menyesali dosanya di bulan Rajab, catatan kemaksiatannya dihapus
8. Orang yang memuliakan Rajab, tidak akan kesepian di dalam kubur
9. Orang yang berpuasa Rajab tidak akan kelaparan di hari kiamat
10. Keluarga Rajab melintasi shiratal mustaqim bagai kilat
11. Orang yang puasa di bulan Rajab tidak akan menderita siksaan kubur
12. Lipatan kebaikan pada bulan Rajab adalah 70x lipat
13. Menghormati bulan Rajab menyebabkan ringan dari dahaga saat meninggal dunia
14. Orang yang berpuasa sehari di bulan Rajab pasti masuk surga.

BULAN RAJAB


TUGAS B.INDONESIA 2#

AMALAN-AMALAN BULAN RAJAB

Bulan Rajab, sungguh mengajarkan kepada kita bahwa kita Allah pasti memiliki rencana, kelak kita akan mensyukuri sebuah karunia setelah berbagai cobaan yang kita rasakan. ”Paket perjalanan” Rasulullah di bulan Rajab merupakan sebuah pelajaran sangat berharga bagi kita bahwa setiap kesusahan dan rintangan dalam menjalankan misi dakwah pasti digantikan dengan anugerah yang menjadikan hidup kita lebih berkualitas.
 Di-antara contoh-contoh amalan-amalan yang sering dipercaya umat Islam untuk dilakukan pada bulan Rajab adalah:
1.    Mengadakan shalat khusus pada malam pertama bulan Rajab.
2.    Mengadakan shalat khusus pada malam Jum’at minggu pertama bulan.
3.    Shalat khusus pada malam Nisfu Rajab (pertengahan atau tanggal 15 Rajab).
4.    Shalat khusus pada malam 27 Rajab (malam Isra’ dan Mi’raj).
5.    Puasa khusus pada tanggal 1 Rajab.
6.    Puasa khusus hari Kamis minggu pertama bulan Rajab.
7.    Puasa khusus pada hari Nisfu Rajab.
8.    Puasa khusus pada tanggal 27 Rajab.
9.    Puasa pada awal, pertengahan dan akhir bulan Rajab.
10.  Berpuasa khusus sekurang-kurang-nya sehari pada bulan Rajab.
11.  Mengeluarkan zakat khusus pada bulan Rajab.
12.  Umrah khusus di bulan Rajab.
13.  Memperbanyakkan Istighfar khusus pada bulan Rajab.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu dijelaskan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam apabila memasuki bulan Rajab beliau senantiasa berdo’a:
“Allahumma Baarik Lanaa Fii Rajab Wa Sya’baan Wa Ballighnaa Ramadhan.” (Yaa Allah, Anugerahkanlah kepada kami barokah di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan) (HR. Ahmad dan Bazzar).


BULAN RAJAB

TUGAS BAHASA INDONESIA 2#
RAJAB

 Bulan Rajab merupakan bulan ke tujuh dalam penanggalan Islam (Hijriah). Pada bulan ini terdapat sebuah peristiwa yang sangat agung dan suci yakni Isra Miraj Nabi Muhammad saw. Dimana peristiwa suci itu merupakan awal dari perintah Allah kepada umat Muhammad saw  untuk menjalankan perintah salat lima waktu diyakini terjadi pada 27 Rajab ini.

Bulan Rajab juga merupakan salah satu bulan haram atau muharram yang artinya bulan yang dimuliakan.

Dalam kepercayaan Umat Islam, dikenal empat bulan haram (suci) satu diantaranya Rajab, dimana secara berurutan adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri,  Rajab.
Dinamakan bulan suci  karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan-bulan  ini, Al-Qur’an menjelaskan:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.”

Keagungan Rajab membuat bulan ini menjadi bulan ibadah, seperti puasa. Banyak masyarakat Islam yang sering kali tidak mengerti kesucian puasa pada bulan yang agung Rajab ini.

Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"

"Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan  Rajab). Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."

Terakhir,dalam sebuah referensi Nabi Muhammad saw pernah bersabda:  "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."

Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau di bulan Rajab ini”